expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 14 Oktober 2020

Sanggupkah hati menerima kenyataan?? Ketika keikhlasan diuji oleh Sang Pemilik Hati....

Sebuah pernikahan seharusnya dibangun dengan rasa cinta dan kasih sayang yang terjalin antara dua insan. Tentu itu adalah impian setiap orang termasuk aku, kamu dan juga mereka yang sedang memperjuangkan hidupnya untuk menemukan soulmatenya. 

Tapi terkadang apa yang diimpikan tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang dihadapi. Ketika dihadapkan oleh dua pilihan yang seharusnya menjadi satu yaitu mencintai dan dicintai...maka sisi mana yang akan dipilih? Ketika pernikahan menjadi keharusan dan sudah tiba waktunya sehingga menjadi hal yang tidak bisa dielakkan, maka dengan niat untuk beribadah padaNya, mengikuti sunnah RasulNya dan berbagai tujuan dan harapan hidup kedepannya, sanggupkah kita memilih satu dari dua pilihan tersebut, pada sisi mana kita akan kuat berdiri dan menjalani anugerah kehidupan yang diberi olehNya?

Seorang wanita yang fitrahnya menjadi makmum dalam rumah tangga tentunya mengharapkan seorang imam yang mencintainya dan dapat memimpin dan memperlakukannya dengan baik. Begitu juga dengan seorang laki-laki yang akan menjadi imam tentunya menginginkan makmum yang dapat mendampinginya dan menjadi pasangan yang dapat saling melengkapi satu sama lain dan membersamai dalam suka dan duka, serta bisa saling mengingatkan dalam kebaikan dan saling menasehati dengan kesabaran.

Namun, ketika dipertanyakan menikahmu untuk apa? maka apakah jawaban yang sebenarnya keluar dari hatimu dan bukan hanya perasaan atau impian belaka. Ketika ia yang hadir tak sesuai harapanmu akankah niatmu untuk menikah masih lebih kuat dibandingkan perasaanmu? Mampukah logika mengalahkan hawa nafsu dan keinginanmu?

Tanpa disadari, ketika saat itu hadir....kesempatan yang Dia anugerahkan dan hadirkan sosok yang menerimamu apa adanya. Tapi sebaliknya dirimu tidak bisa menerima kehadirannya karena merasa jauh dari apa yang engkau harapkan, apa yang akan dilakukan dan keputusan apa yang akan kau ambil nantinya? Mampukah kesadaran hati dan ketulusan niat dan tujuan pernikahan yang kau yakini dapat memberikan jawaban yang terbaik bagimu. Ataukah engkau hanya akan dikalahkan oleh hawa nafsu yang kecewa dan pada akhirnya mengambil keputusan yang kau sesali??



Tidak ada komentar:

Posting Komentar